Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jumat, 26 September 2014
Pada
kurikulum 2013, pembelajaran berpusat pada siswa. Tidak lagi berpusat pada
guru, guru berperan sebagai fasilitator di kelas. Banyak model pembelajaran
kooperatif, diantaranya adalah modelpembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kita sebagai guru harus bisa
berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sehingga di kelas siswa merasa
tidak jenuh lagi dan merasa senang dengan materi yang kita sampaikan. Pada
artikel ini saya akan menjelaskan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terlengkap diambil dari beberapa
sumber.
Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif
dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang
ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Konsep jigsaw merupakan pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran
jigsaw diharapkan dapat meningkatkan siswa untuk bertanggungjawab terhadap
tugas yang diberikannya.
Model jigsaw pada hakekatnya model
pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran
dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan
sebagai fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa
mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa dibagi
menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”.
Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu
bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal” ini
kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli” untuk mendiskusikan
materi yang berbeda. Siswa kemudian kembalike “kelompok awal” untuk
mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam
konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya
semua pemikiran siswa dapat diketahui.
. LANGKAH –LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN
JIGSAW
Model pembelajaran jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian
dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi
ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain.
Teknik Jigsaw terdiri dari beberapa langkah yaitu:
Membagi topik dalam beberapa bagian (sub topik).
Membentuk kelompok asli, Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang
terdiri atas 4 sampai 6 orang per kelompok dengan cara heterogen. Menugaskan
setiap siswa dalam kelompok asli untuk mempelajari satu sub topik pelajaran.
Memberi siswa waktu untuk mempelajari apa yang menjadi bagiannya.
Membentuk kelompok ahli (expert) sementara, yaitu siswa yang memiliki bagian
sub topik yang sama membentuk kelompok ahli.
Pada tahap ini diberi waktu kepada kelompok ahli ini untuk mendiskusikan
konsep-konsep utama yang ada dalam topik bagiannya dan berlatih
menyajikan topik yang dipelajari tersebut kepada temannya dalam kelompok asli.
Meminta siswa untuk kembali ke kelompok asli dan meminta setiap siswa
untuk mempresentasikan topik hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergantian
kepada anggota kelompok asli. Siswa lain diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke
kelompok lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk
membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan
kesimpulan diskusi.
Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil
nilai yang diperoleh tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata
dalam kelompok untuk menentukan predikat kelompok. dalam menjawab kuis, anggota
tidak boleh saling membantu . Perubahan skor awal (base score) individu dengan
skor hasil kuis disebut skor perkembangan
Tabel 1: Nilai penghargaan kelompok (penghitungan skor perkembangan)
NO
|
SKOR TES
|
NILAI PERKEMBANGAN
|
1.
|
Lebih dari 20 poin di atas skor awal
|
30
|
2
|
Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal
|
20
|
3
|
Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal
|
10
|
4
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
|
5
|
Memberikan penghargaan kelompok seperti pada teknik STAD. Berdasarkan
skor penghitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk
menentukna predikat tim (lihat tabel 2)
Tabel 2: perolehan skor dan predikat tim tipe STAD dan Jigsaw
NO
|
PREDIKAT TIM
|
RATA-RATA SKOR
|
1
|
Super Team
|
25 – 30
|
2
|
Great Team
|
20 – 24
|
3
|
Good team
|
15 – 19
|
Evaluasi oleh guru, Setelah dilakukan penghitungan skor dan penghargaan
kelompok dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus
diterapkan agar diperoleh hasil tes yang lebih baik lagi.
Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua
anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Kelompok
kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas
beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor
kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama
pada kelompok asal.
Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Kelebihan
Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan
dengan belajar
Meningkatkan berkerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan.
Kekurangan
Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
dalam pelaksanaan diskusi.
Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.
Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat
menimbulkan kegaduhan.