Model pembelajaran SAVI terlengkap
Kamis, 25 September 2014
Add Comment
Pada
artikel ini saya akan menjelaskan model
pembelajaran SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectualy) secara
lengkap dan detail. Saya juga seorang guru fisika di SMP dan SMA pernah
menerapkan model pembelajaran SAVI. Hari dari penenerapan model tersebut hasil
belajar dan motivasi siswa untuk belajar semakin meningkat. Model pembelajaran
SAVI juga bisa anda gunakan untuk penelitian tindakan kelas (PTK). Model
pembelajaran SAVI lebih menekankan pada keaktifan siswa di kelas. Kebetulan
kurikulum 2013 guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pembelajarannya
student center (pembelajaran yang berpusat pada siswa). Oke… berikut
penjelasannya:
Pengertian
model pembelajaran SAVI
Pendekatan
SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier (Sidjabat, 2008).
Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori
yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak
kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan
kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar
berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol.
1. Somatis
Somatic
berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar
dengan indra peraba, kinetesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh
sewaktu belajar secara berkala. Meier juga menguatkan pendapatnya dengan
menyampaikan hasil penelitian neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut
di seluruh tubuh. Jadi dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
Somatis
berarti bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama
proses belajar. Berdiri dan bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam
tubuh dan oleh karena itu mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar
somatis merupakan belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis dengan
melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis ini bias terhadapa tubuh
dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus
menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup. Dalam
belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana penelitian neurologis
telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran
dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis
menggunakan tubuh dalam belajar maka
menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang
hubungan pikiran dan tubuh maka harus tercipta suasana belajar yang dapat
membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari
waktu ke waktu.
2. Auditori
Pikiran
auditori lebih kuat dari apa yang di sadari. Telinga bekerja terus menerus
menangkap dan menyimpan informasi auditori. Dan ketika membuat suara sendiri
dengan berbicara, maka beberapa area penting di otak pun menjadi aktif. Dalam
merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri
pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajar untuk mengungkapkan dengan
suara. Pembelajaran auditori merupakan belajar paling baik jika mendengar dan
mengungkapkan kata-kata.
Menurut
Meier (2004 : 95), belajar Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua
orang sejak awal sejarah. Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca
tulis banyak informasi yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan
misalnya mitos, dongeng-dongeng, cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga
mendorong orang untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi
mereka adalah “jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah
tanpa henti”.
3. Visual
Ketajaman
penglihatan setiap orang itu kuat, disebabkan oleh fikiran manusia lebih
merupakan prosesor citra dari prosesor kata. Citra karena konkret mudah untuk
diingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk disimpan. Didalam otak
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua
indra yang lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat
contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari
segala macam hal ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak
sejajar dengan yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar
lebih cepat dan baik.
Menurut
Meier (2004 : 97), setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal
ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Lebih lanjut meier
mengungkapkan bahwa beberapa siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih
mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah buku.
4. Intelektual
Intelektual
adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun
makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan
manusia untulk berfikir, meyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru
dan belajar. Pada intelektual identik dengan melibatkan pikiran untuk
menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi
tetapi menciptakan makna, pengetahuan dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh
pikiran pebelajar.
Menurut
Meier (2004 : 99), kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam
pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai
dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai
pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir,
menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan
unuititif tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri.
Dave
Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar
intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. “ Intelektual” adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang
digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi pemahaman, dan pemahamanmenjadikearifan.
Pembelajaran
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling
baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan
menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan
sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Belajar
beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar,
dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran
terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005) .Dengan demikian,
belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam proses
pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan
dengan penggunaan semua indranya.
Menurut
Warta (2010: 40), “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki
oleh siswa”. Dari pengertian ini, jelas bahwa pendekatan SAVI merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip model pembelajaran
SAVI
Meier
(Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan
menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
1) Belajar melibatkan seluruh tubuh dan
pikiran.
2) Belajar adalah berkreasi, bukan
mengkonsumsi.
3) Kerjasama membantu proses belajar.
4) Pembelajaran berlangsung pada banyak
tingkatan secara simultan.
5) Belajar berasal dari mengerjakan
pekerjaan itu sendiri.
6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) Otak-citra menyerap informasi secara
langsung dan otomatis.
Langkah-langkah model pembelajaran
SAVI
a. Tahapan-tahapan
metode pembelajaran SAVI
Tahapan
yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan,penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu
dengan matang, dalam keempat tahaptersebut
1)Tahap
Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada
tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif
mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam
situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a)
Memberikan sugesti positif
b)
Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c)
Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d)
Membangkitkan rasa ingin tahu
e) Menciptakan
lingkungan fisik yang positif
f)
Menciptakan lingkungan emosional yang positif
g)
Menciptakan lingkungan social yang positif
h)
Menenangkan rasa takut
i)
Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j)
Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k)
Merangsang rasa ingin tahu siswa
l)
Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
2) Tahap Penyampaian
(Kegiatan Inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang
barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
Hal-hal yangdapat dilakukan guru:
a) Uji
coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
b) Pengamatan
fenomena dunia nyata
c) Pelibatan
seluruh otak, seluruh tubuh
d) Presentasi
interaktif
e) Grafik
dan sarana yang presetasi berwarna-warni
f) Aneka
macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g) Proyek
belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h) Latihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i) Pengalaman
belajar di dunia nyata yang kontekstual
j) Pelatihan
memecahkan masalah
3) Tahap Pelatihan
(Kegiata Inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerapengetahuan
dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan
guru yaitu:
a) Aktivitas
pemrosesan siswa
b) Usaha
aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c) Simulasi
dunia-nyata
d) Permainan
dalam belajar
e) Pelatihan
aksi pembelajaran
f) Aktivitas
pemecahan masalah
g) Refleksi
dan artikulasi individu
h) Dialog
berpasangan atau berkelompok
i) Pengajaran
dan tinjauan kolaboratif
j) Aktivitas
praktis membangun keterampilan
k) Mengajar
balik
4) Tahap Penampilan
Hasil (Tahap Penutup)
Pada
tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuanatau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat
dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan
adalah:
a) Penerapan
dunia nyata dalam waktu yang segera
b) Penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi
c) Aktivitas
penguatan penerapan
d) Materi
penguatan persepsi
e) Pelatihan
terus menerus
f) Umpan
balik dan evaluasi kinerja
g) Aktivitas
dukungan kawan,Perubahan organisasi dan lingkungan
yang mendukung.
Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat
aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar siswa:
Gaya belajar
|
Aktifitas
|
Somatis
|
Orang dapat bergerak
ketika mereka:
1. Membuat model dalam
suatu proses atau prosedur
2. Menciptakan
piktogram dan periferalnya
3. Memeragakan suatu
proses, sistem, atau seperangkat konsep
4. Mendapatkan
pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya
5. Menjalankan
pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)
6. Melakukan kajian
lapangan. Lalu tulis, gambar,
dan bicarakan tentang apa yang dipelajari.
|
Auditori
|
Berikut ini
gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar
1. Ajaklah pembelajar
membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer
2. Ceritakanlah
kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku
pembelajaran yang dibaca mereka
3. Mintalah pembelajar
berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja
mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya
4. Mintalah pembelajar
mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil
mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5. Mintalah pembelajar
berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau
membuat rencana jangka panjang
|
Visual
|
Hal-hal yang dapat
dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
1. Bahasa yang penuh
gambar (metafora, analogi)
2. Grafik presentasi
yang hidup
3. Benda 3 dimensi
4. Bahasa tubuh yang
dramatis
5. Cerita yang hidup
6. Kreasi piktrogram
(oleh pembelajar)
7. Pengamatan lapangan
8. Dekorasi
berwarna-warni
9. Ikon alat bantu kerja
|
Intelektual
|
Aspek intelektual
dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam
aktivitas seperti:
1. Memecahkan masalah
2. Menganalisis
pengalaman
3. Mengerjakan
perencanaan strategis
4. Memilih gagasan
kreatif
5. Mencari dan
menyaring informasi
6. Merumuskan
pertanyaan
7. Menerapkan gagasan
baru pada pekerjaan
8. Menciptakan makna
pribadi
9. Meramalkan
inplikasi suatu gagasan
|
E. Aplikasi
model pembelajaran SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah
Suasana
belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan adanya
minat dalam diri pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Menurut
Dave Meier(2002:33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan
pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari khususnya belajar matematika
pada pokok bahasan kubus dan balok:
1. Dapat terciptanya lingkungan yang posotif
2.
Keterlibatan
pembelajar sepenuhnya
3.
Adanya
kerjasama diantara pembelajar
4.
Menggunakan
metode yang bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang dipelajari
5.
Dapat
menggunakan belajar kontekstual
6.
Dapat
menggunakan alat peraga
Belajar
bisa menjadi optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa
pembelajaran. Dalam pokok bahasan KUBUS DAN BALOK dengan menerapkan pendekatan
SAVI langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengelompokkan
siswa dalam kelompok beranggotakan empat orang.
2. Semua
siswa mempunyai alat peraga, yaitu sebuah kerangka kubus dan sebuah kerangka
balok terbuat dari karton
3. Meminta
siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci
langkah-langkahnya(somatik dan auditori)
4. Setiap
kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru
5. Setiap
siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok(auditori,
visual, dan intelektual)
6. Selama
diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan
mengarahkan atau membantu siswa yang kesulitan.
7. Pada
akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilan untuk mengerjakan
soal-soal yang telah diberikan di papan tulis. Sedangkan siswa yang lain
menanggapinya(somatik, auditori, visual dan intelektual).
Dengan
memeperhatikan pendekatan SAVI pada pokok bahasan kubus dan balok dapat
menggunakan alat peraga dimana siswa dapat belajar dengan berbuat dan bergerak
yang menjadikan siswa aktif dan tidak merasa jenuh.
Kelebihan dari model pembelajaran
SAVI
a.
Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak
fisik dengan aktivitas intelektual
b.
Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.
c.
Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan
sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
d.
Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang
kurang pandai.
e.
Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
f.
Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa
g.
Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
h.
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
i.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani
menjelaskanjawabannya.
j.
Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar
Kelemahan dari model pembelajaran
SAVI
a.
Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara
utuh.
b.
Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga
memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media
pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah
maju. (Meier,2005:91-99)dalamhttp://goez17. wordpress.com).
c.
Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan
dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
d.
Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
e.
Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
f.
Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau
memberi nilai.
g.
Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang belum
mengetahui pendekatan SAVI tersebut
h.
Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika siswa itu minder.
i.
Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua pelajaran matematika.
0 Response to "Model pembelajaran SAVI terlengkap"
Posting Komentar