Othok-othok, mainan tradisional yang tidak dikenal anak jaman sekarang
Selasa, 08 September 2015
Othok-othok
adalah mainan tradisional yang terbuat dari bambu. Mainan ini berasal dari
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada waktu saya kecil, mainan ini banyak
kita jumpai di pasar tradisional dan ada juga penjual mainan yang menjajakan
othok-othok di sekolah.
mainan othok-othok |
Saat
ini mainan othok-othok sudah mulai langka. Pak guru ini mendapatkan othok-othok
ini dari teman yang kuliah S2 di UGM Yogyakarta. Katanya dia iseng saja beli
dua buah mainan ini. Yang jualan juga nenek-nenek yang sudah tua. Katanya kasihan
kalau tidak ada yang beli. Teman saya mendapatkan othok-othok ini di pasar
tradisional Malioboro, ya tepatnya di emperan pasar Bringharjo.
Cara memainkan othok-othok
cara memainkan othok-othok |
Cara
memainkannya sangatlah mudah. Yakni dengan cara kita pegang bagian pegangannya
kemudian kita putar-putar. Pada saat othok-othok berputar itulah akan berbunyi “othok-othok”. Oleh karena itu mainan
tradisional ini disebut dengan othok-othok. Apakah di daerah kamu
masih ada mainan tradisional ini? Kalau ada coba dibeli. Harganya murah kok,
rata-rata Rp5000.
Othok-othok
ini bisa dijadikan pajangan lho. Kamu bisa menaruhnya sebagai hiasan dinding
atau bisa dijejerkan dengan hiasan yang unik lainnya.
Waktu
dulu, othok-othok ini banyak digemari oleh anak-anak usia 3 tahun hingga 7
tahun. Dikarenakan saat ini sangat jarang ada orang yang membuat othok-othok
lagi, maka mainan tradisional ini sudah jarang kita temukan. Bahkan anak
sekarang tidak pernah melihat dan tidak mengenal mainan tradisional khas Jawa. Orang
tua sekarang juga lebih senang mengenalkan mainan yang modern, mainan yang
terbuat dari plastik dan sebagainya. Apalagi jaman yang serba canggih ini anak
balita sudah mahir main gatget Anroid.
Ironis
gak nih? Mungkin kalau saya nanti punya anak kecil, saya mau mengenalkan
permainan tradisional. Ternyata manfaat permainan tradisional ini tidak kalah
dengan mainan yang modern. Mainan tradisional ini juga merangsang mereka untuk
berkreatif dan juga bisa menjadi sarana mengenalkan budaya kita yang semakin
hilang.