Proses terjadinya gempa bumi

Proses terjadinya gempa bumi – Eh,,,tanah bergoyang. Terdapat banyak korban dalam gempa bumi yang melanda Kota Bantul beberapa tahun yang lalu dan diduga dapat memicu tsunami. Nah, betapa seringnya kalian mendengar berita seperti itu bukan? Mengenai bencana gempa bumi. Apa sih sebenarnya gempa bumi itu? Bagaimana proses terjadinya? Apakah karena kutukan Tuhan? Sumpah pertanyaan yang terakhir ini ngaco banget. Baiklah ayuk kita kaji secara ilmiah, karena kita sudah belajar IPA, harus bisa dong berfikir ilmiah atau bahasa bekennya sekarang ber-literasi sains.
Proses terjadinya gempa bumi
Gempa bumi sebenarnya bisa dijelaskan secara fisika lho. Gempa bumi terjadi saat terjadi pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba. Nah, kenapa bisa melepas energi secara tiba-tiba? Di dalam bumi ada apa?

Kalau kita sudah mempelajari bagian-bagian dalam interior bumi, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan bagian-bagian bumi bukan? Bagian-bagian interior bumi terdiri atas inti bumi, yang merupakan bagian terdalam dan memiliki suhu yang paling tinggi. Ternyata bagian inti bumi ini ada yang bersifat cair (inti luar) dan bagian padat (inti dalam), tersusun atas logam besi (menurut dari sumber penelitian yang sudah dilakukan). Kemudian bagian selanjutnya ada mantel bumi yang bersifat plastin atau setengah cair atau padat terdiri atas batuan-batuan logam aluminium (Al) dan mangan (Mn). Suhunya lebih rendah daripada inti bumi. Bagian bumi selanjutnya adalah kerak bumi atau yang biasa dikenal dalam ilmu geografi atau geologi adalah lapisan litosfer. Itulah lapisan yang paling atas bumi, yang kita pijak sekarang ini juga. Terdiri atas batuan padat dan tanah. Nah di atas mantel bumi yang berisfat agak cair ini ada lapisan antara litosfer dan mantel yang disebut dengan ateonosfer, di situ terdapat lempeng bumi (plate tectonic) yang terus bergerak ada yang saling menjauh, mendekat dan bergeser.

Dalam ilmu fisika bumi (geofisika), lempeng bumi (plate tectonic) ini terus bergerak menuju keseimbangan (bumi hidup ditandai dengan pergerakan lempeng ini). Pergerakannya terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Konvergen, artinya lempeng tektonik ini bergerak saling mendekat, seperti lempeng autralia dan lempeng Eurasia. Maka nanti akan muncul zona subduksi, dmna salah satu lempeng akan terdesak dan masuk ke bagian bumi yang bagian terdalam. Jika sudah melebihi batas elastis, maka akan muncul akumulasi energi, dan terjadi crack, bisa menjadi sumber getaran dan getaran yang merambat inilah yang menjadi gelombang gempa dan dikenal dengan gempa bumi tadi.
2. Divergen, artinya kondisi dimana lempeng tektonik bergerak saling menjauh, akibatnya terjadi pemanjangan atau lengthening yang biasanya terjadi pada dasar lantai samudera di samudra Atlantik. Sama halnya dengan kejadian konvergen di atas, jika sudah melewati batas elastisitas lempeng atau tanah, maka akan terjadi craking dan akumulasi energi ayng cukup besar, maka akan terjadi gempa bumi, bisa terjadi juga di dasar laut dengan kedalaman tertentu dan bahkan bisa memicu tsunami.
3. Transform, merupakan pergeseran dua lempeng tektonik yang berdekatan, hal ini juga bisa memicu gempa bumi, tapi lebih jarang.


Di atas merupakan sumber-sumber pemicu gempa bumi, saat terjadi akumulasi dan craking tadi, maka aka nada perambatan energi yang dimulai dengan gelombang primer atau dikenal dengan gelombang P yang berupa gelombang longitudinal dan merambat yang pertamakali, kemudian diikuti gelombang sekunder (S) yang berupa gelombang transversal. Kedua gelombang merambat di dalam tanah. Kemudian muncul gelombang permukaan yang bersifat merusak yakni gelombang Rayleigh, gelombang Love. Demikian penjelasan secara fisika proses terjadinya gempa bumi. Semoga bisa menambah pengetahuan ya!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel